19 January 2013

Habib Syekh Abdul Qadir Asseggaf - Popular Kerana Qasidah Yahanana



Teks Qasidah Yahanana.

YaHanana (Betapa Beruntungnya Kami)




Zhoharoddinul mu’ayyad bizuhurin Nabi Ahmad… 2x
Yahanana bi Muhammad..
Dzalikal fadhlu minallah…

Yahanana… 8x
Khusso bissab’il ma tsaani
Wahawaa luthfal ma’aani maa lahu fil kholqi tsaani wa ‘alaihi anzalallah

Yahanana..
Min makkatin lamma zhohar Liajlihin syaqqol qomar
Waftakhorot aalu mudhor Bihi ‘alaa kullil anam

Yahanana…
Athyabunna sikholqon
Wa ajallunnasi kholqon
Dzikruhu ghorban wa syarqon Sa ‘iru walhamdulillah

Yahanana…
Shollu ‘ala khoiril anam
Almushthofaa badrittamam Shollu ‘alaihi wasallimmu Yasy fa’ lana yaumazziham

Yahanana…


Maksudnya ...............................................
==============================

”Betapa Beruntungnya Kami“

Telah muncul agama yang didukung,
Telah muncul agama yang didukung dengan munculnya sang Nabi Ahmad,
Betapa beruntungnya kami dengan Muhammad (Saw),
itulah anugerah dari Allah.

Betapa beruntungnya kami,

Diistimewakan dengan as-Sab’ul Matsany (al-Fatihah), penghimpun rahasia setiap makna, tak ada yang senilai dengannya, dan Allah mewahyukannya kepadanya (Muhammad SAW),

Betapa beruntungnya kami,

Ketika di Makkah bulan tampak terbelah deminya (Muhammad SAW), lalu kabilah Mudhar (kabilah Muhammad SAW) menjadi dibanggakan di atas seluruh manusia.

Betapa beruntungnya kami,

Beliau adalah manusia yang terbaik ciptaanNya, dan teragung akhlaknya,
Semua mengalu-alukannya di barat dan di timur.
Segala puji bagi Allah,

Betapa beruntungnya kami,

Bershalawatlah kepada sebaik-baik manusia, yang terpilih, Sang bulan purnama, Berselawatlah dan sampaikan salam kepadanya, kelak ia akan memberi syafaat kita di hari kebangkitan.

Betapa beruntungnya kami.


Ta'aruf Qasidah

Maksud Qasidah ialah:
Qasidah adalah ucapan puji-pujian kepada Rasulullah s.a.w yng dibuat dalam bntuk syair,

Pendapat sahabat IluvIslam pula:

Sebenarnya saya rasa maksud "qasidah" itu dalam makna yang lebih tepat ialah "puisi". Kalau dalam bahasa inggeris "poetry". Secara kebiasaannya qasidah adalah "puisi" berbentuk luahan hati yang rindu, atau kekaguman dan puji-pujian kepada Tuhan atau seseorang. Qasidah sangat terkenal di kalangan ahli-ahli sufi sebagai satu cara mereka meluahkan rasa rindu dan kagum mereka kepada Allah, RasulNya, Para Sahabat Nabi, Wali-wali Allah dan guru-guru mereka yang Mursyid. Antara qasidah-qasidah yang terkenal ialah"Qasidah Burdah yang bertemakan Ketuhanan dan memuji junjungan Rasulullah S.A.W.", dan "Qasidah Ghausiah yang juga bertemakan Ketuhanan dan memuji Sultan Auliya' Syeikh Muhyiddin Abdul Qadir Jailani" Wallhua'alam.


Biografi Habib Syekh

Nama Beliau Habib Syekh bin Abdul qadir Asseggaf sebagai pendakwah, boleh jadi belum dikenal secara luas di masyarakat. Namun di kalangan jamaah majelis shalawat atau kegiatan Maulidan, Beliau cukup dikenal. Terutama karena tokoh yang satu ini memiliki suara yang sangat merdu.

Selain itu beliau juga mencipta sendiri lagu qashidah yang nada dan iramanya dapat diterima telinga masyarakat, baik masyarakat yang akrab dengan kegiatan majelis shalawat maupun masyarakat awam.


Dengan suara yang merdu ini, habib yang satu ini berhasil memikat kalangan muda sehingga mereka menyukai qashidah dengan syair-syair yang seluruhnya bersumber dari kitab Simthud Durar tersebut. Tidak jarang pula kemudian kalangan muda ikut bergabung dalam majelis shalawat yang sudah ada.


Sebenarnya syair-syair qashidah yang dibawakan beliau bukanlah syair puji-pujian yang baru, namun Habib Syekh berhasil membentuk dan mengemas irama pembacaan maulid Tradisional menjadi lebih indah dan menggoda telinga yang mendengarnya.


Selain itu, Habib Syekh bin Abdul qadir Asseggaf ini juga suka berbagi dan memberi, meski dia sendiri terkadang dalam kekurangan. Bahkan ketika mengawali dakwahnya ke pelosok-pelosok, ia membawa nasi bungkus, untuk dibagi-bagikan kepada jamaah.



Perjalanan hidup Habib kelahiran Solo, Indonesia pada  20 September 1961, ini cukup berliku. Beliau pernah berjaya sebagai pedagang tapi kemudian muflis. Di saat sulit itu, Habib Syekh melakukan dakwah menggunakan kereta angin ke pelosok-pelosok untuk melaksanakan tugas dari sang guru, almarhum Habib Anis bin Alwi Alhabsyi, imam masjid Riyadh Gurawan Solo.


Pada saat itu Habib Syekh bin Abdul qadir Asseggaf juga sering diejek sebagai orang yang tidak punya pekerjaan dan habib jadi-jadian. Namun Habib Syekh tidak pernah marah atau mendendam kepada orang yang mengejeknya. Justru sebaliknya, beliau tetap tersenyum dan memberi sesuatu kepada orang tersebut.


Terkadang Habib Syekh bin Abdul Qadir Asseggaf rutin memberikan ta’lim di Kebagusan, sedangkan dakwah rutinnya di kota Solo dan kota kota di jawa tengah.


Sumber: Majalah Kisah Islam AlKisah No.18/25 Agustus-7 September









No comments:

Post a Comment